GKJ Wonogiri GKJ Wonogiri
Berita

RENUNGAN BULAN KELUARGA 2025

PERSEKUTUAN DOA 1

Kamis, 23 Oktober 2025 5
GKJ Wonogiri

“Model Spiritualitas Keluarga ”

Ulangan 6:1-9

Kasih kepada Allah adalah perintah yang utama
6:1 "Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya,
 6:2 supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. 
6:3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 
6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 
6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 
6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 
6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 
6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
 6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Sebuah keluarga bukan sekadar koleksi individu-individu yang menguasai ruang khusus secara fisik dan psikologis. Keluarga, berasal dari kata dalam bahasa Sansekerta yaitu kula dan warga. Kula artinya mengabdi dan warga bermakna terjalin. Dua kata ini jika digabung menjadi kata “keluarga”. Arti keluarga adalah kehidupan dalam pengabdian yang terjalin secara terus menerus. Dengan demikian, keluarga akan berfungsi dengan baik ketika setiap anggotanya hidup di dalam sebuah pengabdian yang tulus dan saling mengasihi.

Menurut Pdt. Mesakh Krisetya, keluarga adalah suatu kehidupan sosial yang natural dengan semua menjadi milik bersama, bukan lagi aku dan kau. Agar kehidupannya berjalan dengan baik, setiap keluarga memiliki seperangkat aturan–aturan, struktur, pola dan bentuk komunikasi serta cara-cara negosiasi dalam pemecahan masalah.

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan sangat penting bagi perkembangan kepribadian, serta penanaman nilai moral etis manusia. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan umat Israel sebagaimana ditulis dalam Alkitab Perjanjian Lama. Pada zaman Musa, orang–orang Israel mendapat perintah dari Tuhan Allah agar menjadikan rumah tangga atau keluarganya sebagai basis penyampaian nilai kebenaran agama dan moral. Keluarga orang Israel memiliki tugas yang cukup penting dalam mewujudkan perkembangan kehidupan manusia dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Hal ini terbukti sebagaimana tertulis dalam Kitab Ulangan 6 ayat 1-25, secara khusus ayat 6-7. Di sana dikatakan: “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah kautaruh dalam hatimu. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya, ketika engkau duduk di rumahmu atau sedang dalam perjalanan, ketika engkau berbaring atau bangun”.

Dari nas tersebut dipahami bahwa pola interaksi dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan keluarga Israel sangat menentukan model spiritualitas keluarga. Umat Israel mengejawantahkan pesan-pesan agama di dalam kehidupan keluarga. Hal tersebut menjadi kunci keberhasilan dalam membangun spiritualitas keluarga. Kitab Ulangan 6:1-9 menyatakan bahwa anak-anak harus diajarkan untuk mengenal perintah, peraturan dan ketetapan secara berulang ulang. Pengulangan cara mengajar menunjukkan bahwa pembentukan spiritualitas tidak terjadi secara instant.

Pembentukan spiritualitas dalam keluarga dijalankan sedini mungkin. Misalnya: seorang perempuan yang sedang hamil harus banyak mendaraskan doa dalam lagu sambil mengelus kandungannya. Dengan demikian, relasi antara seorang ibu dan anaknya terjalin dengan dasar kasih Allah. Selanjutnya, pembentukan spiritualitas dilakukan bagi anak-anak pada umur 5 tahun. Kepadanya diajarkan TANAKH atau Kitab suci orang Yahudi. Ketika anak-anak usianya bertambah menjadi 10 tahun, mereka harus belajar tentang MISNAH atau catatan tulisan dari hukum lisan Taurat dari orang-orang Yahudi dari generasi ke generasi. Begitu juga ketika anak-anak menginjak usia 12 tahun. Mereka harus hafal hukum TAURAT (10 hukum Tuhan). Ketika anak-anak sudah berumur 15 tahun mereka harus belajar TALMUD (catatan tentang diskusi para rabi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah). Semua pesan-pesan pendidikan agama tersebut diajarkan di dalam keluarga-keluarga. Semua dikerjakan dengan disiplin dan berulang ulang.

Berdasarkan pemahaman keluarga-keluarga Israel tersebut, semua orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam pembentukan spiritualitas. Prinsip tersebut tetap berlaku bagi setiap keluarga di zaman ini. Pembentukan spiritual penuh dengan tantangan. Kesulitan yang dihadapi para orang tua sekarang adalah merebaknya nilai-nilai baru yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama yang selama ini di pegang sebagai pedoman hidup. Pertanyaannya adalah, apa susahnya orang tua zaman sekarang ini mendidik anaknya? Nilai-nilai mana yang bisa menjadi acuan untuk mengajar dan mendidik anak-anak dan keturunan mereka? Berapa banyak orang tua yang putus asa dan membiarkan anak-anaknya belajar dari alam sekitar?

Di tengah-tengah merebaknya nilai-nilai baru yang sangat mengacaukan pandangan hidup, orang tua harus jauh lebih aktif kreatif dan peka dalam menyalurkan prinsip-prinsip agama dalam keluarga yang sangat mendasar kepada anggota keluarganya. Ted Ward, seorang penulis buku berjudul Values Begin at Home, mengungkapkan bahwa nilai-nilai kehidupan yang baik dan utama berasal dari keluarga. Artinya, kebaikan akan dimunculkan dari keluarga Kristen yang setiap anggotanya hidup dengan takut akan Tuhan.

Oleh karena itu, mari belajar dari pesan utama Ulangan 6:7-9 sebagai model spiritualitas keluarga sepanjang zaman. Pesan-pesan pendidikan agama dalam keluarga menjadi model mengembangkan spiritualitas setiap anggota keluarga. Betapa indahnya jika keluarga zaman ini masih ada yang menerapkan model pendidikan agama seperti yang dilakukan umat Israel dalam Alkitab. Misalnya, orang tua suka menuturkan kisah-kisah kehidupan dengan landasan Firman Tuhan kepada anak-anaknya ketika mau tidur. Menceritakan kebaikan-kebaikan Tuhan Allah secara berulang-ulang yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang menjadi tantangan dan kerinduan kita semua di tengah mengatasi gempuran budaya yang meminggirkan kehidupan dari firman Allah.

Kiranya Tuhan Yesus senantiasa menolong dan memberkati keluarga-keluarga Kristen untuk memiliki model spiritualitas keluarga yang mantap dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Tuhan Yesus memberkati. Amin